Kepribadian,
Nilai dan Gaya Hidup
Kepribadian, nilai dan gaya hidup merupakan faktor penting dalam
melihat suatu perilaku konsumen. Mengapa dan bagaimana mereka mengkonsumsi
sauatu produk. Dari ketiga hal tersebut, apa yang paling mendasari mereka dalam
hal konsumsi. Atau satu sama lain saling berkaitan? Untuk lebih jelas, mari
kita bahas.
A.
Kepribadian
Kepribadian merupakan
keseluruhan cara seseorang, di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Berbagai penelitian
awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk
mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan
perilaku individu seseorang.
Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah
malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut.
Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi,
disebut sifat-sifat kepribadian.
Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena
para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu
proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan
memandu keputusan pengembangan karier.
Cara identifikasi kepribadian
Terdapat sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasi
sifat-sifat utama yang mengatur perilaku. Seringnya, upaya ini sekadar
menghasilkan daftar panjang sifat yang sulit untuk digeneralisasikan dan hanya
memberikan sedikit bimbingan praktis bagi para pembuat keputusan
organisasional. Dua pengecualian adalah Myers-Briggs Type Indicator dan Model
Lima Besar. Selama 20 tahun hingga saat ini, dua pendekatan ini telah menjadi
kerangka kerja yang dominan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat seseorang.
Menilai kepribadian
Alasan paling penting mengapa manajer perlu mengetahui cara menilai
kepribadian adalah karena penelitian menunjukkan bahwa tes-tes kepribadian
sangat berguna dalam membuat keputusan perekrutan. Nilai dalam tes kepribadian
membantu manajer meramalkan calon terbaik untuk suatu pekerjaan. Terdapat
beberapa cara utama untuk menilai kepribadian, yaitu:
a. Survei
mandiri
b. Survei
peringkat oleh pengamat
c. Ukuran
proyeksi (Rorschach Inkblot test dan Thematic Apperception Test)
d. Metodelogi:
banyak sekali kesulitan dan bias yang timbul ketika dilakukan studi-studi dalam
ranah psikologi lintas budaya. Misalnya persoalan bahasa, penggunaan
Multilingual (peneliti dan subjek penelitian memiliki bahasa yang berbeda)
sehinggan member respon yang berbeda terhadap pertanyaan dalam tes kepribadian.
e. Cara
pengukuran: banyak alat-alat tes kepribadian dikembangkan oleh peneliti dari
Amerika-Eropa. Sehingga sangat mungkin stimulus maupun standar norma dan
interpretasi alat psikotes kurang mampu diterapkan dalam pengukuram kepribadian
individu dari budaya non-western.
Perkembangan
Kepribadian
Menurut Sullivan, kepribadian berkembang dalam tahap-tahap
perkembangan tertentu. Ada tujuh tahapan perkembangan yaitu :
1. Infancy
(masa kelahiran sampai mampu berbicara, usia 18 bulan)
2.
Childhood (masa kanak-kanak, usia 18 bulan sampai 5 tahun)
3. Juvenile
(usia 5-11 tahun)
4.
Preadolescence (masa pradewasa, antara 11-13 tahun)
5. Early
adolescence (masa dewasa awal, antara 14-17 tahun)
6. Late adolescence
(masa dewasa akhir, antara 18-20 akhir)
7.
Adulthood (masa dewasa / sebagai orang tua, setelah usia 20 sampai 30 tahun).
Teori teori Kepribadian
a. TeoriKepribadianTsikodinamika
Teori psikodinamika berfokus pada pergerakan energi psikologis di dalam manusia, dalam bentuk kelekatan, konflik, dan motivasi.
Teori psikodinamika berfokus pada pergerakan energi psikologis di dalam manusia, dalam bentuk kelekatan, konflik, dan motivasi.
b. TeoriFreud
Sigmund Freud berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari tiga sistem utama: id, ego, dan superego. Setiap tindakan kita merupakan hasil interaksi dan keseimbangan antara ketiga sistem tersebut.
Sigmund Freud berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari tiga sistem utama: id, ego, dan superego. Setiap tindakan kita merupakan hasil interaksi dan keseimbangan antara ketiga sistem tersebut.
c. TeoriJung
Carl Jung pada awalnya adalah salah satu sahabat terdekat Freud dan anggota lingkaran koleganya, tetapi pertemanan mereka berakhir dalam pertengkaran tentang ketidaksadaran. Menurut Jung, di samping ketidaksadaran individual, manusia memiliki ketidaksadaran kolektif yang mencakup ingatan universal, simbol-simbol, gambaran tertentu, dan tema-tema yang disebutya sebagai arketipe.
Carl Jung pada awalnya adalah salah satu sahabat terdekat Freud dan anggota lingkaran koleganya, tetapi pertemanan mereka berakhir dalam pertengkaran tentang ketidaksadaran. Menurut Jung, di samping ketidaksadaran individual, manusia memiliki ketidaksadaran kolektif yang mencakup ingatan universal, simbol-simbol, gambaran tertentu, dan tema-tema yang disebutya sebagai arketipe.
B.
Nilai
Pola yang dapat kita lihat dari nilai adalah
perubahan perilaku dan alasan seseorang dalam membelanjakan uang atau sember
daya yang mereka kelola dan mereka miliki. Semakin tinggi mereka menilai dari
suatu barang dan jasa terhadap kehidupan, maka makin tinggi pula apresiasi
mereka dalam memandang barang dan jasa tersebut dari segi konsumsi. Nilai moral
adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan
baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak
semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan
kita sehari-hari Nilai sama dengan sesuatu yang menyenangkan kita, nilai identik dengan apa yang diinginkan, nilai merupakan sarana pelatihan kita, nilai pengalaman pribadi semata, nilai ide platonic esensi.
baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak
semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan
kita sehari-hari Nilai sama dengan sesuatu yang menyenangkan kita, nilai identik dengan apa yang diinginkan, nilai merupakan sarana pelatihan kita, nilai pengalaman pribadi semata, nilai ide platonic esensi.
Pengertian
nilai menurut para ahli :
a. Menurut
Driyarkara (1966,38)
Nilai adalah hakekat suatu hal, yang menyebabkan hal itu
pantas dikejar oleh manusia.
b. Menurut
Fraenkel (1977:6)
Nilai adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang
apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh sesorang, biasanya
mengacu kepada estetika (keindahan), etika pola prilaku dan logika benar salah
atau keadilan justice. (Value is any idea, a concept , about what some one
think is important in life)
c. Menurut
Kuntjaraningrat (1992:26)
Menyebutkan sisten nilai budaya terdiri dari konsepi-konsepiyang hidup dalam alam pikiran sebagian besar keluarga masyarakat,
mengenai hal-hal yang harus mereka anggap bernilai dalam hidup.
d. Menurut
Endang Sumantri
Sesuatu yang
berharga, yang penting dan berguna serta menyenangkan dalam kehidupan manusia yang dipengaruhi pengetahuan dan sikap
yang ada pada diri atau hati nuraninya.
e. M.I.
Soelaeman
Agama diarahkan pada perintah dan larangan, dorongan dan
cegahan, pujian dan kecaman, harapan dan penyesalan, ukuran baik buruk, benar
salah, patuh tidak patuh, adil tidak adil
f. Menurut
Darji
Nilai ialah yang berguna bagi kehidupan manusia jasmani dan
rohani
Macam - macam Nilai
Dalam
filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
a. Nilai logika
adalah nilai benar salah.
b. Nilai
estetika adalah nilai indah tidak indah.
c. Nilai
etika/moral adalah nilai baik buruk.
C.
Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan sebuah
penggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan
lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002). Menurut Susanto (dalam
Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan
harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang
berlaku.Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di
masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya
hidup global dan lain sebagainya.Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup
individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka
(aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan
apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Adler (dalam Hall &
Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh
pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam
kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta sedangkan Sarwono (1989)
menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep
diri.
Gaya hidup hanyalah salah satu cara
mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah
bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang
mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang
bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan kativitas yang dinamis, dan
ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan
sosial-keagamaan. Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dan
akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang .
Pendekatan gaya hidup cenderung
mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel-variabel Activity, Interest,
Opinion, yaitu aktivitas, interes (minat), dan opini (pandangan-pandangan).
Menurut Setiadi sikap tertentu yang dimiliki konsumen terhadap suatu objek
tertentu bisa mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang bisa juga
dilihat dari apa yang disenangi, ataupun pendapatnya mengenai objek tertentu.
Gaya hidup hanyalah salah satu cara
mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah
bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang
mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang
bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas yang dinamis, dan
ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan
sosial-keagamaan. Kasali menyatakan bahwa gaya hidup mempengaruhi perilaku
seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.
Begitu pula menurut Mowen dan Minor yang
menyatakan bahwa penting bagi pemasar untuk melakukan segmentasi pasar dengan
mengidentifikasi gaya hidup melalui pola perilaku pembelian produk yang
konsisten, penggunaan waktu konsumen, dan keterlibatannya dalam berbagai
aktivitas. Mowen dan Minor menegaskan bahwa gaya hidup merujuk pada bagaimana
orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka
mengalokasikan waktu mereka. Hal ini dinilai dengan bertanya kepada konsumen
tentang aktivitas, minat, dan opini mereka, gaya hidup berhubungan dengan
tindakan nyata dan pembelian yang dilakukan konsumen.
Orang yang berasal dari subkultur, kelas
sosial dan pekerjaan yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya
hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang
tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila
digunakan oleh pemasar secara cermat, akan dapat membantu untuk memahami
nilai-nilai kosnumen yang terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut
mempengaruhi perilaku konsumen.
Gaya hidup secara luas didefinisikan
sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan
waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga di
dunia sekitarnya.Perubahan gaya hidup membawa implikasi pada perubahan selera
(selera pria dan wanita berbeda), kebiasan dan perilaku pembelian.perubahan
lain yang terjadi adalah meningkatnya keinginan untuk menikmati hidup.
Manfaat jika memahami gaya hidup konsumen :
1. Pemasar dapat menggunakan gaya hidup konsumen untuk melakukan
segmentasi pasar sasaran.
2. Pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam memposisikan
produk di pasar dengan menggunakan iklan.
3. Jika gaya hidup diketahui, maka pemasar dapat menempatkan iklannya
pada media-media yang paling cocok.
4. Mengetahui gaya hidup konsumen, berarti pemasar bisa mengembangkan
produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup mereka.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa ketiga hal tersebut mempengaruhi perilaku para konsumen. Semakin
menjungjung tinggi nilai dan semakin tinggi gaya hidup, akan semakin tinggi
pula konsumsi para konsumen. Namun disini para pemasar dapat menempatkan produknya
dalam segmen yang pas dengan kriteria para konsumen tersebut dilihat dari
kepribadian, niali dan gaya hidup mereka.
Sumnber:
0 komentar:
Posting Komentar