Proses Pengambilan
Keputusan oleh Konsumen
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Mengambil atau
membuat keputusan, pada dasarnya berarti memilih satu diantara sekian banyak
alternative. Misalnya ingin membeli produk atau tidak, tamatan SMA ingin
melanjutkan kuliah di universitas negeri atau swasta. Itu adalah salah satu
contoh pengambilan keputusan dari 2 pilihan, namun apakah setiap pengambilan
keputusan hanya dari 2 pilihan saja? Bagaimana apabila lebih? Bukankah setelah
memilih antara kuliah di negeri atau swasta lalu selesai masalahnya? Misalkan mengambil
pilihan negeri, negeri masih harus memilih lagi karena universitas negeri tidak
hanya satu.
Oelh karena itu mari
kita bahaas lebih lanjut bagaimana proses pengambilan keputusan.
Proses pengambilan
keputusan terdiri dari lima tahap yaitu:
Pengenalan Masaalah -> Pencarian Informasi -> Evaluasi
alternatif -> Pilihan -> Evaluasi pascaakuisisi
1. Pengenalan Masalah
Pengenalan masalah
terjadi bila suatu kebutuhan dirasakan oleh keadaan konsumen. Keadaan konsumen
dipengaruhi oleh stimulasi. persepsi, aspirasi dan lingkungan (seperti
kebudayaan, kelompok acuan, dan gaya hidup).
Yang mempersulit usaha pengambilan keputusan ialah bahwa kondisi dan sifat lingkungan itu tidak selalu dapat diketahui dengan pasti misalnya ketika konsumen menerima stimuli, seperti harga produk yang sangat mahal, penilaian orang lain terhadap pilihan konsumen sangat berpengaruh, ancaman fisik, psikologi maupun sosial yang besar akibat pemakaian produk, konsekuensi untuk menghentikan pemakaian produk lain yang disukai, dan hasil pemakaian masih belum dapat terbukti maka konsumen akan memiliki persepsi bahwa produk tersebut berisiko. Persepsi konsumen adalah menentukan hasil evaluasi pasca pembeliannya.
Yang mempersulit usaha pengambilan keputusan ialah bahwa kondisi dan sifat lingkungan itu tidak selalu dapat diketahui dengan pasti misalnya ketika konsumen menerima stimuli, seperti harga produk yang sangat mahal, penilaian orang lain terhadap pilihan konsumen sangat berpengaruh, ancaman fisik, psikologi maupun sosial yang besar akibat pemakaian produk, konsekuensi untuk menghentikan pemakaian produk lain yang disukai, dan hasil pemakaian masih belum dapat terbukti maka konsumen akan memiliki persepsi bahwa produk tersebut berisiko. Persepsi konsumen adalah menentukan hasil evaluasi pasca pembeliannya.
2. Pencarian Informasi
Setelah
mengindentifikasi masalah, konsumen memulai proses pencarian untuk memperoleh
informasi mengenai produk-produk yang mungkin mengeliminasi masalah tersebut.
Para peneliti mendapatkan bahwa ada dua jenis proses pencarian konsumen yaitu
pencarian internal dan eksternal.
Pencarian internal
(internal search) adalah usaha konsumen untuk memanggil kembali memori
informasi jangka panjang mengenai merk-merk produk atau jasa yang dapat
memecahkan masalah mereka. Yang kemudian nantinya mereka atau konsumen akan
memisahkan produk dan merk-merk tersebut kedalam tiga kategori :
a. Perangkat
pertimbangan atau perangkat yang dibangkitkan (consideration set), yaitu
merk-merk atau produk-produk yang dapat diterima konsumen
b. Perangkat lamban
(inert set), yaitu merk-merk atau produk-produk diacuhkan oleh konsumen.
c. Perangkat tak layak
(inept set), yaitu merk-merk atau produk-produk dianggap tidak layak.
Pencarian eksternal
adalah (external search) adalah meliputi akuisisi informasi dari sumber-sumber
luar, seperti teman, periklanan, pengepakan, laporan konsumen dan personil
penjualan. Para konsumen terlibat dalam suatu pencarian eksternal dengan tujuan
memperoleh informasi yang cukup untuk mengindentifikasikan dan membandingkan
alternatif.
Identifikasi jenis-jenis informasi yang dicari konsumen dalam pencarian eksternal, meliputi:
Identifikasi jenis-jenis informasi yang dicari konsumen dalam pencarian eksternal, meliputi:
a. Merek-merek yang
alternatif yang tersedia
b. Kriteria evaluatif
yang membandingkan merek
c. Pentingnya berbagai
kriteria evaluatif
d. Informasi yang
membentuk keyakinan ; atribut yang dimiliki merk dan manfaat yang diberikan
berbagai atribut.
3. Evaluasi Alternatif
Inti dari pengambilan
keputusan ialah terletak dalam perumusan berbagai alternative. Pada tahap
evaluasi alternatif dari proses pemilihan atau akuisisi, konsumen membandingkan
pilihan yang di indentifikasikan sebagai cara yang potensial mampu memecahkan
masalah yang mengawali proses keputusan. Ketika membandingkan pilihan ini,
konsumen membentuk keyakinan, sikap, dan tujuan mengenai alternatif yang
dipertimbangkan serta memperhitungkan situasi, kondisi, waktu dan ruang.
Memori, Arti, dan Menilai Kebaikan/Keburukan. dalam mempertimbangkan hasil yang mungkin didapat dari suatu keputusan, para konsumen juga mengingat kembali memori semantic dari peristiwa-peristiwa serupa di masa lalu (Nostalgia). Memori semantic ini memberi arti yang sangat mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan menilai kebaikan atau keburukan berbagai alternatif yang dihadapi mereka. Nostalgia mengacu pada “keinginan masa lalu, rindu akan hari kemarin, atau kebanggaan atas milik dan kegiata yang berhubungan dengan masa lalu”.
Memori, Arti, dan Menilai Kebaikan/Keburukan. dalam mempertimbangkan hasil yang mungkin didapat dari suatu keputusan, para konsumen juga mengingat kembali memori semantic dari peristiwa-peristiwa serupa di masa lalu (Nostalgia). Memori semantic ini memberi arti yang sangat mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan menilai kebaikan atau keburukan berbagai alternatif yang dihadapi mereka. Nostalgia mengacu pada “keinginan masa lalu, rindu akan hari kemarin, atau kebanggaan atas milik dan kegiata yang berhubungan dengan masa lalu”.
Bagaimana nostalgia
mempengaruhi penentuan seseorang tentang kebaikan atau keburukan suatu pilihan?
Karena nostalgia mengingat pada pengalaman masa lalu yang lebih menyenangkan
daripada sesungguhnya, bila suatu merk dapat berhubungan dengan jenis memori
positif ini, maka pengaruh positif dari memori akan diaihkan ke merk.
Kategori Keputusan
a.
Keputusan
dalam keadaan ada kepastian (certainty)
Apabila semua
informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan lengkap, maka keputusan
dikatakan dalam situasi ada kepastian. Dalam keadaan pasti kita dapat
meramalkan secara tepat hasil dari setiap tindakan.
Misalnya, di dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali keputusan yang kita ambil dalam situasi ada kepastian. Kita tahu persis arah kemana kita harus pergi untuk menemui dokter pribadi, tempat biasa nongkrong, restoran favorit dan sudah terbayang hasil keputusan yang akan kita peroleh sesuai dengan apa yang kita putuskan seperti obat yang mujarab, hal yang menyenangkan, serrta makanan yang lezat.
Misalnya, di dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali keputusan yang kita ambil dalam situasi ada kepastian. Kita tahu persis arah kemana kita harus pergi untuk menemui dokter pribadi, tempat biasa nongkrong, restoran favorit dan sudah terbayang hasil keputusan yang akan kita peroleh sesuai dengan apa yang kita putuskan seperti obat yang mujarab, hal yang menyenangkan, serrta makanan yang lezat.
b.
Keputusan
dalam keadaan ada risiko (risk)
Risiko terjadi jika
hasil pengambilan keputusan walaupun tidak diketahui kepastiaanya akan tetapi
diketahui nilai kemungkinan (probability). Misalnya anda ingin memutuskan
membeli barang , setiap barang dibungkus rapi sehingga anda tidak tahu mana
yang bagus, mana yang cacat/rusak.Tetapi seandainya penjual barang tersebut
jujur dan anda diberitahu barangnya ada 10 buah dan yang rusak 9 buah. Kemudian
anda harus memutuskan jadi membeli atau tidak.
c.
Keputusan
dalam keadaan ketidakpastian (uncertainty)
Ketidakpastian akan
kita hadapi sebagai pengambilan keputusan kalau hasil keputusan sama sekali
tidak tahu karena hal yang akan diputuskan belum pernah terjadi sebelumnya.
Misalnya anda baru mengenal seseorang, dia meminjam uang anda sebesar 500.000
untuk modal usaha. Anda sama sekali tidak mengenal orang itu, maka seandainya
anda berikan uang sebanyak yang ia inginkan, anda tidak tahu sama sekali berapa
probabilitasnya bahwa orang tersebut akan mengembalikan uang yang dipinjamnya tepat
pada waktunya.
d.
Keputusan
dalam keadaan ada konflik (conflict)
Situasi konflik
terjadi kalau kepentingan dua pengambil keputusan atau lebih saling
bertentangan (ada konflik) dalam situasi kompetitif. Contohnya kalau pengambil
keputusan A memperoleh keuntungan dari suatu tindakan yang dia lakukan, hal itu
hanya mungkin terjadi oleh karena pengambil keputusan lainnya, yaitu B, juga
mengambil tidakan tertentu. Keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
masing-masing akan saling mempengaruhi baik secara positif maupun negative.
Walaupun kelihatannya sederhana, keputusan dalam situasi dalam konflik seringkali dalam prakteknya menjadi sangat ruwet (kompleks). Misalnya kita dapat dihadapkan pada keadaan yang tak pasti ditambah lagi adanya tindakan pihak lawan yang bisa mempengaruhi hasil keputusan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan menjadi lebih banyak.
Walaupun kelihatannya sederhana, keputusan dalam situasi dalam konflik seringkali dalam prakteknya menjadi sangat ruwet (kompleks). Misalnya kita dapat dihadapkan pada keadaan yang tak pasti ditambah lagi adanya tindakan pihak lawan yang bisa mempengaruhi hasil keputusan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan menjadi lebih banyak.
Beberapa kendala dalam pengambilan keputusan
Kendala yang paling
kuat dampaknya sesungguhnya bersumber pada diri pengambilan keputusan yang
bersangkutan sendiri. Kendala yang paling sering menampakkan diri adalah ketidakmampuan
seseorang bertindak tegas. Contohnya :
a. Kegagalan di masa
lalu
Dalam karier seseorang sebagai contohnya,
tidak seorangpun yang mencapai nilai keberhasilan seratus persen. Ada saja
tindakan dan keputusan yang diambil yang tidak mendatangkan hasil yang
diharapkan. Pengalaman pahit demikian tidak jarang menjadi kendala dalam
pengambilan keputusan, dan bahkan begitu menghantui seseorang sehingga ia
menjadi takut atau ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
b. Konsultasi yang
berlebihan
Proses pengambilan keputusan dapat menjadi
sangat lamban apabila seorang pengambil keputusan melakukan banyak konsultasi
dengan berbagai pihak. Proses konsultasi bukan saja perlu tetapi harus
dilakukan, alasan nya ialah bahwa dalam menghadapi situasi problematik , kemampuan
seseorang yang terbatas tidak memungkinkan memecahkan masalah tersebut secara
tuntas betapa tinggi kemampuannya.
c. Faktor ketidakpastian
Tidak dapat disangkal bahwa ketidakpastian
merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam pengambilan keputusan. Karena
itu kemampuan memperhitungkan dan mengatasi kendala tersebut. Ketidakpastian
itu menjadi kendala karena :
1). Kurangnya keyakinan
dalam diri pengambil keputusan tentang hasil yang akan diperoleh dari
keputusannya.
2). Preferensi pribadi
yang bersangkutan atas alternatif yang mungkin ditempuh, yang bisa saja berbeda
dari alternatif yang ditemukan melalui pendekatan ilmiah.
3). Si pengambil
keputusan ragu apakah keputusan baru diperlukan.
d. Pemahaman yang tidak tepat
tentang peranan informasi
Pemahaman yang tidak
tepat tentang peranan informasi dalam proses pengambilan keputusan dapat
menjadi kendala yang harus disingkirkan. Tidak jarang terdengar keluhan para
pengambil keputusan mengatakan , bahwa mereka tidak mengambil keputusan karena
mereka tidak memiliki informasi yang cukup. Bukan merupakan peritiwa yang
ganjil jika seorang pengambil keputusan menggunakan dalih terlalu banyak
informasi sebagai alasan untuk tidak cepat mengambil keputusan.
4. Pilihan
Setelah mengevaluasi
semua alternatif, langkah konsumen berikutnya dalam proses pengambilan
keputusan adalah membuat pilihan. Para konsumen memilih merk atau jasa
alternatif, dan mereka juga menentukan pilihan diantara toko-toko. Dalam proses
pilihan konsumen, konsumen juga dapat memilih alternatif yang tidak dapat
dibandingkan (noncomperable alternatives). Misalnya, orang dapat memilih antara
menjalani liburan yang mahal dengan membeli mobil, atau membeli perhiasan dan
sebagainya.
Bagaimana orang menentukan pilihannya sangat dipengaruhi oleh jenis proses keputusan dimana mereka terlibat. Proses pilihan akan berbeda bila konsumen menggunakan pendekatan keterlibatan tinggi dibandingkan dengan keterlibatan rendah. Demikan pula bila para konsumen menggunakan orientasi pengalaman, maka proses pilhan akan berubah.
Bagaimana orang menentukan pilihannya sangat dipengaruhi oleh jenis proses keputusan dimana mereka terlibat. Proses pilihan akan berbeda bila konsumen menggunakan pendekatan keterlibatan tinggi dibandingkan dengan keterlibatan rendah. Demikan pula bila para konsumen menggunakan orientasi pengalaman, maka proses pilhan akan berubah.
a. Pilihan dengan
keterlibatan tinggi.
Menurut kondisi
keterlibatan tinggi, konsumen bertindak seolah-olah mereka menggunakan model
kompensatori (compensatory models of choice). Menurut model kompensatori
pilihan yaitu orang menganalisa setiap alternatif dengan cara evaluatif yang
luas sehingga penilaian yang tinggi atas salah satu atribut dapat
mengkompensasi penilaian rendah atas atribut lainnya. Dalam jenis proses
evaluatif ini, semua informasi mengenai atribut suatu merk digabung ke dalam
penilaian merk secara keseluruhan. Prosesnya akan diulang untuk setiap
alternatif merk, dan merk yang mempunyai preferensi keseluruhan tertinggi
dipilih.
b. Pilihan dengan
keterlibatan rendah.
Keterlibatan rendah
konsumen umumnya bertindak seolah-olah mereka menggunakan model pilihan
nonkompensatori (noncompensatory model of choice). Menurut penilaian ini,
penilaian yang tinggi atas beberapa atribut tidak perlu mengkompensasi
penilaian yang rendah atas atribut lainnya. Model nonkompensatori juga disebut
model pilihan hirarkis (hierarchical models of choice) karena konsumen dianggap
membandingkan alternatif atas atribut-atribut pada suatu waktu. Satu atribut
dipilih dan semua alternatif dibandingkan dengannya. Apabila konsumen berada
dalam situasi keterlibatan rendah, mereka tidak mau terlibat dengan sejumlah
besar pemrosesan informasi yang dibutuhkan oleh model kompensatori.
Model nonkompensatori
digunakan sebagai jalan pintas untuk mencapai keputusan yang memuaskan, bukan
optimal. Para konsumen seringkali terpaksa untu memutuskan diantara sejumlah
besar alternatif merk. Disini jelas bahwa tidaklah mungkin untuk meneliti
setiap merk secara rinci, sehingga masyarakat membutuhkan suatu jalan pintas
untuk menyederhanakan proses. Dalam kasus seperti itu konsumen tidak berkepentingan
dengan pencapaian keputusan yang optimal; mereka hanya ingin membuat keputusan
yang “cukup baik”.
c. Proses Pilihan
Pengalaman
Dari perspektif
pengalaman, konsumen menentukan pilihan setelah mempertimbangkan perasaan
mereka mengenai alternatif, perspektif ini memberi sedikit tekanan pada
pengembangan kepercayaan mengenai atribut. Beberapa jenis pilihan konsumen
dapat dikatagorikan sebagai proses pengalaman ;
1). Heuristis afeksi
refera
2). Pengaruh kesadaran
merk
3). Pembelian impulsif
4). Pengaruh berdasarkan
suasana hati.
5.
EVALUASI
PASCAAKUISISI
Model proses
pascaakuisisi konsumen, meliputi 5 tahap utama :
a. pemakaian atau
konsumsi produk
b. kepuasan atau
ketidakpuasan konsumen
c. perilaku keluhan
konsumen
d. disposisi barang
e. pembentukan kesetiaan
merk
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar